Jaringan Teroris Harus di Usut Tuntas

 Terorisme merupakan perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman yang menimbulkan rasa takut secara meluas serta dapat menimbulkan banyak korban, kehancuran pada suatu tempat, dan gangguan keamanan. Aksi terorisme merupakan Tindakan yang tidak berperikemanusiaan, para teroris umumnya menyebut diri mereka sebagai separatis, pejuang pembebasan, militant, mujahidin, dan lain sebagainya. Terorisme saat ini sering dilihat dalam mengatasnamakan agama khususnya agama Islam garis keras yang radikal dalam memahami agama, mereka akan melakukan teror kepada semua orang yang tidak beridiologi sama dengan mereka. 

Bahaya terorisme di Indonesia akan selalu ada. Tak peduli sebanyak apa para pelaku terorisme yang tergabung dalam organisasi teror tersebut ditangkapi. Apa yang dilakukan pemerintah, dan sebagian kecil masyarakat, tampaknya belum cukup untuk menanggulanginya. Apa yang kurang sebenarnya? Pada 2018, pasca pengeboman tiga gereja oleh sel JAD Dita Oeprianto cs, pemerintah merevisi UU Terorisme. Kewenangan polisi diperlebar, ruang penyelidikan dan penyidikan menjadi sangat besar. Hasilnya, dalam dua tahun terakhir, lebih dari seribu orang terduga teroris yang diamankan.

Peristiwa ledakan bom di depan Gereja Katedral Makassar, Minggu 28 Maret 2021, membuat gempar masyarakat di Indonesia. Kabar kejadian ini menyebar dengan cepat melalui media dan media sosial. Pihak kepolisian langsung melakukan penyelidikan dan berhasil menemukan fakta-fakta dari kejadian ini. Begitu pula sikap Presiden Joko Widodo yang mengutuk keras aksi terorisme yang memprihatinkan tersebut. Pastor Wilhelmus Tulak dari Gereja Katedral Makassar menuturkan, ledakan terjadi sesaat setelah ibadah misa kedua digelar. "Umat yang ikut ibadah kedua sudah pada pulang. Kebetulan gereja punya beberapa pintu masuk dan pintu keluar, jadi tidak konsentrasi di satu pintu," ujar dia. Saat itu terjadi sirkulasi jemaah misa antara mereka yang sudah selesai lalu pulang, dan mereka yang datang untuk mengikuti jadwal misa selanjutnya. Wilhelmus menyebutkan, dua orang pelaku pengeboman datang mendekat ke pintu masuk gereja dengan menaiki sepeda motor. Beruntung, gerak-geriknya sudah dicurigai dan petugas keamanan gereja berhasil mencegahnya masuk. "Tapi, sudah diamati petugas keamanan kami dan dia menahan di pintu itu gerbang dan di situlah terjadi ledakan," papar Wilhelmus. Ledakan cukup besar pun terekam kamera CCTV yang ada di sekitar lokasi. Akibat kejadian itu, dua orang yang diduga pelaku dilaporkan tewas, serta 20 orang terdiri dari warga, petugas keamanan gereja, dan jemaat mengalami luka akibat ledakan. Mereka pun dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan. Sebagian sudah dipulangkan setelah mengalami luka ringan. Baca juga: Kronologi Ledakan di Gereja Katedral, Pelaku Naik Motor dan Ledakkan Diri Keterangan polisi Kapolda Sulawesi Selatan Kapolda Irjen Merdisyam menyebutkan, ledakan tersebut memiliki daya ledak tinggi atau high explosive. Hal itu terlihat dari dampak yang ditimbulkan, seperti kerusakan pintu gerbang gereja dan kendaraan-kendaraan di sekitarnya, serta pecahnya kaca hotel di sekitar gereja. "Itu jenis ledakan high explosive. Kerusakan terjadi di gereja. Hanya pintu gerbang dan beberapa kendaraan," kata Merdisyam dalam wawancara dengan Kompas TV. Sementara itu, Kapolri Jenderal (Pol) Sigit Listyo menyampaikan, ledakan diduga merupakan pengeboman bunuh diri yang menggunakan jenis bom panci. "Ledakan yang terjadi, suicide bomb dengan menggunakan jenis bom panci," kata Listyo. Listyo yang juga langsung terbang ke Makassar pada hari kemarin memaparkan, berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan pihaknya, pelaku diketahui merupakan teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Mereka terafiliasi dengan teroris yang melakukan bunuh diri di Jolo, Filipina, tiga tahun yang lalu. "Jadi mereka (pelaku) adalah bagian dari pengungkapan beberapa waktu lalu, kurang lebih 20 orang kelompok JAD. Mereka bagian dari itu. Inisial serta data-datanya sudah kita cocokkan," ujar Listyo Sigit. Polri telah mengantongi inisial pelaku. 

Aksi teror tidak hanya sampai disitu, beberapa hari kemudian terjadi aksi saling tembak di Mabes Polri oleh pelaku yang sendirian melakukan serangan pada Rabu, 31 Maret 2021oleh terduga teroris merupakan wanita berinisial ZA. Sekitar pukul 16.30 WIB ZA masuk dari pintu belakang menuju pos gerbang utama Mabes Polri. ZA sempat tanyakan dimana lokasi kantor pos pada polisi di pos jaga. Lalu ZA tinggalkan pos jaga dan Kembali lagi serang polisi dengan menggunakn pistol.Padahal hampir setiap pekan terduga teroris ditangkap. Hal ini harus di usut tuntas sampai ke akar-akarnya jaringan teroris di Indonesia. Pelaku terduga teroris yang adu tembak dengan polisi hingga ditembak sampai tewas. Harusnya polisi tidak menembak hingga tewas pelaku tersebut supaya bisa mencari informasi dari orang tersebut untuk mencari informasi apakah ada kaitannya dengan bom bunuh diri di depan gereja katedral di Makassar dan menggali informasi jaringan-jaringan teroris yang diikuti.



https://www.kompas.com/tren/read/2021/03/29/100000165/bom-gereja-katedral-makassar-kronologi-kejadian-keterangan-polisi-dan-sikap?page=all



Komentar

Postingan populer dari blog ini

The First My Journey

Kopi Pagi Itu